"Sebelum kau pergi, jawab dulu pertanyaanku."
"Pertanyaanmu yang mana?"
"Kamu sudah menjalin hubungan dengannya?"
"Dia?"
"Ya. Aku lihat kamu sering bersamanya, dimana ada kamu pasti ada dia. Aku pernah liat kamu dan dia jalan bersama. Aku juga pernah liat kamu dan dia naik motor bersama waktu itu dan kalian berhenti tepat di depanku. Iya?"
"Apalagi sih maumu? Kapan?"
"Waktu itu. Masih kurang juga? Aku tau kamu pernah tidur di pangkuannya dan ia memijat kepalamu, kan?"
"Hahaha.."
"Kamu bisa tertawa? Apa kecemburuanku selucu itu? Jawab pertanyaanku. Kamu tau, melihatmu dekat dengan orang lain, tak semudah itu. Terlalu banyak rasa sakitnya. Suhu tubuhku berubah, kakiku melemas. Jangan bilang aku berlebihan, karena ini tentang perasaan."
"..."
"Jawab!"
"..Iya."
"Jadi kamu sudah sama dia? Berarti semua kecurigaan dan ketakutanku benar?"
"..aku mau pulang."
"Tunggu, jelaskan padaku mengapa bisa?! Mengapa kau memilihnya?!"
"Tidak ada urusannya denganmu. Aku mau pulang!"
"Hebat, kamu. Aku sudah yakin kamu tidak pernah merasa kesepian karena selalu ada yang menemanimu. Sudah ada pengganti aku yang mampu melakukan semua yang biasa aku lakukan ke kamu. Sedangkan aku tau kenyamananku ada padamu, dan tak kubiarkan orang lain melakukannya untukku meskipun mereka bisa. Tapi kau? Berbeda."
"Aku mau pulang. Sana, kembali ke sana."
"Weekend kita harus bertemu, jelaskan semuanya padaku."
"Tidak bisa. Dan untuk apa?"
"Sedikit tenangkan hatiku.."
"Tidak bisa. Aku pulang!"
Mobilnya melaju cepat.
Aku memandangi mobil yang semakin menjauh kemudian menghilang.
Air mata mengalir deras.
Tubuhku terguncang tak karuan.
Kucoba untuk bernapas.
Namun sial, ini terlalu menyesakkan!
Kupejamkan mata.
Tenggelam dalam gelapnya pejam.
Kurasakan tubuhku menggigil dan panas secara bersamaan.
Kucoba mengatur napasku yang sesak.
Kupaksa membuka mataku yang basah.
Kemudian bangun dari tidurku..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar