Hallooo!
Selamat puasa hari ke-delapan.
Gimana puasanya? Semoga masih lancar ya. Ayo, semangat, semangat!
Btw, lagi heboh bgt nih masalah razia tempat makan yang di Serang, Banten.
I was so sad to hear that, guys..
Tapi sejujurnya, yang lebih bikin gue sedih adalah bukan saat Ibu pemilik warteg tersebut dirazia. Bukan juga saat makanannya semua disitain Satpol PP. Atau bukan juga (katanya sih) barang bukti (begitu sebutannya) piring sisa makan di warteg tersebut milik pengemis. Sama sekali bukan itu yang paling bikin sedih.
Yang gue sedihin adalah...kok 'kita' mengemis toleransi? Which is 'kita' di sini adalah para muslim yang memohon toleransi saat berpuasa..Kalian ini pas mata pelajaran PKN/PPKN/KWN or whatever named is, pasti gak masuk, ya??!
Let me tell you what the 'toleransi' is.
Menurut gue, toleransi adalah suatu bentuk tindakan..memaklumi..? membiarkan..? yaa sejenisnya itu deh selama kegiatan tersebut TIDAK MENGGANGGU hak dan kewajiban kita. Ya dengan kata lain kita juga tidak boleh mengusik hak dan kewajiban mereka dong? Dan menurut gue, menutup dan mengambil secara paksa tempat makan beserta makanannya yang buka di siang hari saat bulan Ramadhan bukan salah satu bentuk toleransi. WHY?
Puasa itu kewajiban umat muslim. Dan makan itu hak selain mereka (umat muslim yang berkewajiban (karena ada juga umat muslim yang tidak berkewajiban)). Pemikiran gue sederhana aja sih (atau cetek?) kita dilarang mengambil hak orang lain kan, nah kalo kita melarang mereka makan BAHKAN makannya gak di depan kita (kayak dia buka tempat makan, kan belum tentu makannya depan kita?) apa kita gak menghambat atau bahkan mengambil haknya? Lagipula, kalo mereka makan, puasa kita kan gak batal. Kewajiban kita kan gak terganggu. Kecuali, kalo mereka makan kita yang batal, itu mengganggu kewajiban. Ini kan enggak?
Guys, please..kalo lo muslim, elo pasti tau kan makna puasa itu apa? Menahan diri dari hawa napsu, guys. Napsu makan, napsu minum, napsu pacaran, napsu ngomongin orang, napsu nabok orang, napsu nonton bokep, ya semua napsu lah. Which is not ONLY about nahan laper dan aus. Tujuannya adalah setelah sebulan kita berhasil menahan hawa napsu tersebut, kita gak jadi manusia yang serakah lagi dan lebih mudah bersyukur dengan apa yang kita miliki.
Orangtua dan guru-guru gue waktu kecil mengajarkan puasa kepada gue memang diawali dengan nahan untuk gak makan dan gak minum. Dan orangtua gue gak pernah mengiming-imingi uang di Hari Raya. Bokap gue selalu bilang "kalo kamu lebaran mau makan ketupat, baju muslim baru, baju baru, mukena baru, dan ikut silaturahim ke rumah sodara, kamu harus puasa. Karena lebaran cuman untuk orang berpuasa.". Ya saat itu, puasa gue cuman sekedar 'gue mau lebaran'. Dah. Titik. Semakin besar gue diajarin untuk gak nangis dan gak marah-marah, yang maksudnya gue harus nahan emosi. Sampe akhirnya dua tahun terakhir ini puasa mengajarkan gue untuk nahan kangen. #BOOM!
But it's true, dude. Kalo lo kangen dengan seseorang, apalagi lawan jenis, elo pasti cenderung menghidupkan dia dalam angan-angan. Elo puter lagi seeemua kejadian manis sama dia yang dimana kejadian manis itu belum tentu hal baik (atau diperbolehkan di Islam, iya kan?). Dan muncul lah perasaan ingin memiliki....................*memandang langit* *langit yang sama* *jauh di mata, mesum di otak* (lah? Apasih?)
Tapi gue serius, puasa-puasa malah keingetan 'maksiat-maksiat' dulu kan dosa juga, toh?
Dan gimana bisa lo menahan napsu dengan meminta orang-orang tidak bikin napsu??!?! (Eh, gimana sih?) I mean like..elo harus naik ke atas, melewati anak tangga yang tiap jaraknya 30cm, karena ELO YANG GAK MAMPU, elo minta standartnya diturunin, jadi 15cm. Bisa lah elo naik ke atas, tapi kenyataannya apa? Tetap diri LO GAK MAMPU. Elo cuman membohongi diri.
Sama seperti saat puasa. Elo puasa, tapi minta semua orang gak makan depan lo, minta semua orang gak berpakaian terbuka, minta semua orang mulutnya dilakban supaya elo gak mendengar kata-kata kasar atau apapun. Oh My God, dude. Makanya kalo dulu disuruh ngaji jangan tidur!
Dan bukan juga, supaya khusyu' puasanya, elo diem di rumah, di kamar gak ketemu siapa-siapa, gak denger apa-apa, gak liat apa-apa, supaya elo gak zinah mata, mulut, hidung, telinga, tangan, kaki, badan, apapun lah. Please..itu sama aja kayak membohongi diri. Puasa lo mungkin goal 1 bulan, tapi kualitas diri lo dalam mengendalikan diri belum tentu meningkat.
TAPI tenang aja, kita boleh kok menegur, menolak atau bahkan memberontak saat ada orang yang seenaknya saat kita berpuasa. Misalnya, elo puasa, dan mereka makan depan lo sambil nyodor-nyodorin makanan atau minumannya ke mulut lo. Ini elo berhak menegur, menolak atau bahkan memberontak. Atau misalnya elo diminta melakukan kegiatan fisik dengan standart orang normal (makan-minum) elo boleh minta toleransi, karena elo gak makan dan gak minum YA UDAH PASTI lah energi lo beda.
Jadi, puasa itu poinnya bukan di 'nahan aus dan lapar', tapi nahan hawa napsu. Dan puasa itu tentang elo dengan Allah SWT, guys. Kalo elo mau jujur, selama delapan hari puasa ini, sebutin berapa hari yang benar-benar berpuasa? Like gak makan, gak minum, gak ngomongin orang, gak kesel-kesel terus diungkit pas abis buka, gak mikirin hal negative, gak dengerin yang negative, gak melihat yang negative, gak melakukan hal negative, gak chatan yang ngirim emote cium peluk, dll, hayoo ada berapa hari?
Inget guys, puasa itu mengendalikan serta menahan hawa napsu dan diri sendiri bukan mengendalikan orang lain.
Selamat berpuasa!
Semangat! :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar