"Mau kemana?"
"Ntah, yang jelas gak mau pulang."
"Yaudah sini, main sama aku dan yang lain"
Aku hanya memandanginya. Kemudian, Abi, laki-laki yang baru saja kuakhiri status berpacarannya denganku, menghampiri.
"Ayo, daripada Kenneth menang futsal lalu dia selebrasi dengan menembakmu sebagai pacarnya di tengah lapangan? Hehehe"
Ah, iya! Kenneth. Aku baru saja kabur dari dia. Di sekolah kami sekarang sedang diselenggarakan classmeeting, semua tahu kalau Kenneth jago futsal, dan sekarang kelasnya sedang memperebutkan kejuaran, dan barusan, dia memberi pengemuman bahwa kalau menang dia akan mempersembahkan kejuarannya untukku dan berharap aku menerima sebagai pacarnya. Ah, tidak!
"Yeh, bengong. Ayo, mau gak?"
Aku terkaget, dan mengangguk. Abi pun berjalan ke kerumunan teman-temannya, dan beberapa melempar senyum padaku.
Aku, Abi dan satu orang temannya yang bernama Lutfi pergi menaiki angkot menuju Wali Kota Jakarta. Kami mendatangi rumah Lia untuk sekedar bermain, yaa boleh lah, sekali-kali, pikirku.
Sesampainya di rumah Lia, tidak berapa lama teman-teman Abi yang lain datang, jadilah mereka berkumpul di rumah Lia, sekitar berenam termasuk aku.
"Bayu dimana, Ki?" Tanya Abi pada Kiki. Ohya, Kiki perempuan.
"Lagi main PS sama Arman, Dio dan Jerry"
"Yeh, suruh ke sini, kumpul sama anak-anak"
"Udah gue bilangin, katanya sih tadi otw"
"Cakeeeep!"
Wah, aku akan bertemu dengan Jerry. Ketika aku berpacaran dengan Abi, aku sering menanyakan kemana Abi ke beberapa temannya, dan jawaban mereka selalu sama, "lagi sama Bayu, Jerry dan Arman" tapi aku tidak pernah tau sosok Jerry seperti apa. Dan setiap kali aku bertanya, selalu jawabannya pun sama "yaampun Kak, masa gak tau Jerry? Itu loh yang bawa motor gede hehehe manis tau orangnya, lebih putih dari Abi, baik banget sama cewek-cewek, lembut, puitis tapi gak lebay!" waduh, sempurna amat? pikirku hehe. Sempat aku menstalking akun twitternya, tapi tetap saja wajahnya gak familiar. Ohya, aku adalah kakak kelas Abi hehe
"Lia, boleh aku numpang ke toilet?"
"Oh, tentu. Sini aku arahin.."
Aku pun diantar Lia hingga ke depan toilet kemudian ia meninggalkanku. Setelah buang air kecil, aku mencuci muka biar segar lalu bergegas kembali bergabung dengan yang lain.
Tak berapa lama ada suara motor terhenti di depan rumah, Abi dan Lia bergegas keluar lalu terdengar mereka sedang bergurau..sepertinya itu Bayu, Arman, Dio dan Jerry, batinku.
Bayu melongokan kepala dari pintu lalu menyapa kami satu per satu. Kemudian Arman dan Dio. Ah, mana yang namanya Jerry?! Mungkin dia pulang? Yaudah, biarin aja, gak penting juga, batinku.
Aku pun melanjutkan obrolan dengan Lia, Lutfi dan Kiki, sementara di teras ramai sekali tawa Abi dan teman-temannya. Ketika aku mengintip, ternyata ada yang duduk di depan pintu, menghadap ke dalam, ke arah aku duduk. Tidak, dia tidak sedang memperhatikanku.
"Ki, itu yang namanya Jerry?"
Kiki mengangguk cepat sambil sumringah "manis kaaan?" katanya.
Aku ikut tersenyum melihat Kiki, kemudian mengamati Jerry perlahan.
Sial, Jerry melihatku. Ah, tapi aku senior. Lihat, lihat! Dia yang membuang pandangnya terlebih dahulu ketika sadar aku lagi liatin hahaha
Sudah kuamati Jerry, sudah kurekam detail-detail dirinya. Lalu aku melanjutkan obrolan dengan Lia, Kiki dan Lutfi. Namun sesekali aku mencuri pandang ke arah Jerry. Semoga dia tidak menyadarinya.
Tiba-tiba dari luar Abi memanggilku, "Kak Rinaa"
"Yaa," jawabku sekenanya.
"Kak Ana kok gak ke sini?"
"Hah?" Ana? Kok jadi ngomongin Ana? batinku. Ana adalah teman sekelasku, aku dan dia cukup akrab.
"Iya nih ada yang nyariin hahaha" Abi tertawa lalu, "aw! Yaelah Jer, gak usah malu-malu gitu kali" ledek Abi kepada Jerry.
Aku menongolkan kepalaku, ikut tersenyum lebar melihat tingkah Jerry dan Abi, "ooh nyariin Ana ya?" tanyaku ke Jerry, "yaah, kalo tau gitu tadi diajakin hehe" kataku membuka obrolan ke Jerry.
"Hehehe kapan-kapan ajak Kak Ana dong, Kak" kata Jerry bersemangat.
"Iyaa deh, nanti kuajak" jawabku.
Tiba-tiba Kiki minta pulang, karena memang sudah sore. Ya mau gak mau semua di sana bergegas pulang juga, termasuk aku. Kulihat yang lain bersiap-siap, ada yang merapihkan tas, memakai sepatu dan lain sebagai. Tapi Jerry masih duduk di kursi teras. Aku pun keluar mencari sepatuku, aku berdiri di samping agak depannya, dan kudapati ia sedang mencuri pandang memperhatikanku. Eh, aku kan sedang mencari sepatu, kok malah tau-tauan dia melihatiku? Kami segera sama-sama membuang muka. Ah, ngapain gue buang duluan sih? Aku meliriknya lagi, dan lagi-lagi pandangan kami bertemu. Kali ini ia tersenyum padaku, dan kubalas. Deg! Seperti ada yang memukul jantungku, kaget.
Nah, itu dia sepatuku. Kupakai segera dan bergegas aku, Abi dan Lutfi pulang naik angkot lagi. Sementara yang lain, naik motor, termasuk Jerry.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kubanting tubuhku ke tempat tidur.
Aku sudah sampai rumah pukul 19.00 WIB tadi dan sekarang baru selesai mandi. Abi mengantarkanku dengan berjalan kaki dari terminal yang lumayan juga bila ditempuh dengan kaki. Selama di jalan kami banyak mengobrol, bergurau dengan Abi. Anehnya, ia tidak mengungkit kenapa aku memutuskan hubungan dengannya. Anehnya, dia masih tetap baik dan ramah padaku. Aneh..
Seketika kuambil ponselku dan membuka Twitter, mencoba meliat timeline sekolahku yang dikelola oleh anak OSIS. Benar saja! Kelasnya Kenneth berhasil memenangkan pertandingan futsal. Huuh..untuuung saja aku pergi. Lalu aku beralih ke kolom search, dan mencoba memasukan akun Abi. Tidak, aku tidak ingin tahu apa yang dipostingnya, lalu aku beralih ke followingnya dan mencari satu akun, milik Jerry. Ah ternyata dia jarang update, kuclose twitter itu, dan kujauhkan ponsel tempat tidur.
Aku mengulet sejadi-jadinya di kasur, menguap rasanya ngantuk sekali. Aku tutup wajahku dengan bantal, dan mereview semua kejadian hari ini.
Ntah kenapa senyum Jerry yang mendadak muncul. Aku kaget. Kemudian menikmati senyumnya. Lalu sadar, aku ini sedang apa sih?! Jerry itu kumisan, bukan tipeku. Ia memang tinggi, badannya gak kurus dan gak gemuk, pas lah. Rambutnya juga gak bagus-bagus banget, lurus gitu. Dan gak putih-putih amat, sawo matang, memang lebih putih dari Abi sih. Ah tapi kenapa senyumnya muncul terus?!
Eh, tapi dia nanyain Ana, pasti lah dia suka sama Ana.
Ana adalah teman sekelasku, kulitnya putih, badannya se-aku, 160cm. Mata sipit, seperti orang Jepang, dan suaranya bagus sekali! Pantaslah Jerry menyukainya..tapi kan Ana punya cowok? Ah, bodo amat, kenapa jadi mikirin?
Perlahan tapi pasti aku pun mulai tertidur dengan senyum Jerry pengantarnya. Manis sekali. Dan biar kunikmati sendiri..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar