Izinkan saya mengutarakan apa isi hati dan kepala saya mengenai anda, saya dan kita.
Saya meminta maaf karena telah menyakiti perasaan anda. Maaf jika ternyata saya tidak bisa menyayangi anda seperti anda menyayangi saya. Anda seorang yang baik, mampu menerima saya apa-adanya, kekurangan, bahkan hati saya yang patah. Anda selalu mengatakan saya hebat, saya kuat. Anda selalu memperlihatkan kelebihan yang saya miliki namun terpunggungi. Anda selalu ada kapan pun saya membutuhkan seseorang untuk tertawa hingga menangis. Anda membuat saya menjadi bangga terhadap diri sendiri. Anda membantu saya bangkit, anda menguatkan saya. Terima kasih. Banyak terima kasih untuk dua bulan waktu yang anda berikan kepada saya. Anda membuat saya bahagia. Meski ternyata sebentar.
Harus saya jujurkan, bahwa dengan sekedar diterima dan dimengerti tidak dapat merekatkan kembali hati saya yang patah. Anda paham betul bagaimana saya, anda tau betul betapa sakit hati dan (sok) kuatnya saya, anda tau betul betapa berantakannya saya, namun itu semua tidak membuat anda menjadi paham bagaimana cara menyayangi saya.
Ada beberapa sifat dan sikap anda yang sulit saya terima. Yang semakin lama saya semakin muak menahannya. Sebelumnya, saya pernah dibuat jatuh cinta dengan cintanya seseorang yang memiliki karakter cuek. Di situ saya percaya, bahwa cinta dapat mengubah kepribadian, sifat dan karakter seseorang TANPA diminta. Rasa sayangnya ia tunjukan lewat tindakan nyata. Namun itu tak terlihat pada anda. Anda mengatakan sayang lebih sering daripada saya. Dan lebih daripada menunjukannya. Apa saya harus 'meminta'nya, baru anda 'memberikan'nya? Ini membuat seolah saya terlihat jahat, menuntut anda harus membuat nyaman sesuai dengan yang saya inginkan. Dan ini tidak membuat saya nyaman. Padahal, yang saya tahu, dalam rasa sayang yang teramat besar ada ketulusan. Dan ketulusan adalah pemberian yang bahkan tidak ada dalam daftar permintaan dari penerimanya.
Emosi dan perkataan serta gengsi yang anda miliki sungguh besar, sehingga sulit saya terima. Ntah mengapa kita seperti tidak pernah bertemu. Mengertilah, tidak semua dumelan saya adalah marah. Ada kalanya dumelan saya hanya sebuah media mengeluarkan isi hati saya yang tidak karuan, dan yang dibutuhkan adalah telinga untuk mendengar dan seseorang yang menenangkan, bukan mulut yang melawan dan berkata kasar yang (ternyata) mampu anda utarakan ke orang yang katanya anda sayangi; saya. Ada juga saatnya saya meminta saran pada anda dan yang saya butuhkan adalah orang yang memberi saran dan menuntun, bukan sekedar membalas pesan dengan senyum kemudian mengatakan "anda sudah 20 tahun, tahu lah mana yang baik dan benar.". Jika kita menjalin hubungan lebih dari pertemanan namun yang saya dapatkan sama dengan berteman, untuk apa? Dan ada saatnya saya marah dengan semarah-marahnya, di situ lah saya meminta anda untuk diam. Dengarkan saya sebentar, ketika saya terkontrol katakan lah apa salah saya. Seperti yang saya contohkan kepada anda. Bukan menimpali emosi saya sehingga kita bertengkar hebat.
Di sini saya mulai meragukan, apa benar anda menyayangi saya? Tapi sebelum anda, ada seseorang yang mampu 'menghadapi' saya tanpa saya harus mengatakannya. Atau mungkin anda hanya sekedar kasihan melihat saya? Mendengar tentang hidup saya? Atau apa ini salah satu cara anda dalam menyayangi seseorang? Bila iya, sungguh, mungkin saya bukan orang yang tepat untuk disayangi dengan cara yang demikian.
Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, saya berusaha belajar menerima dan mengerti sifat dan sikap anda. Namun saya semakin tidak nyaman. Tidak, saya tidak langsung menyerah. Saya mencoba untuk mengkomunikasikannya ke anda. Anda mengerti. Namun mengulangi. Emosi yang meledak-ledak. Perkataan yang kasar. Serta gengsi yang menguasai. Sungguh, saya tidak bisa menghadapi anda yang seperti itu.
Pahamilah, menjadi saya tidak mudah. Saya harus memberikan hati saya seutuhnya untuk anda, sementara serpihannya masih ntah berada dimana. Saya berusaha memulai kembali, mempelajari segalanya lagi dari awal. Belajar menerima kekurangan anda, belajar memahami lingkungan anda, belajar menyayangi keluarga anda, dan belajar menyusun kembali tujuan saya. Di samping itu saya pun belajar menerima diri saya, memaafkan diri atas masa lalu saya, mengikhlaskan seseorang yang pernah (dan maaf bila masih) saya amat sayangi. Semua saya pelajari dan saya coba semenjak saya bertemu anda. Namun, saya gagal menyayangi anda. Anda gagal membuat saya jatuh cinta. Dan kita gagal sebagai sepasang kekasih.
Lantas, apa karena itu anda sebut saya "bangsat gak berhati'? Demi Tuhan, saya tidak memiliki maksud jahat kepada anda, saya tidak bermaksud menjatuhkan hati anda kepada saya. Saya tidak bermaksud membalaskan kesakithatian orang yang pernah anda sakiti. Demi Tuhan, semua kehendak Tuhan. Saya hanya menjalaninya saja. Kita melewati aliran yang Tuhan buat.
Anda mengatakan kesabaran namun memburu-burui saya melepaskan dia dari hati untuk kemudian menyayangi anda seperti saya menyayanginya, sementara sikap dan sifat anda tidak membuat saya semakin menyayangi anda. Lantas apa ini menjadi sepenuhnya kesalahan saya? Mari kita renungkan. Coba untuk sejenak mencerna perkataan saya. Saya pun tidak bahagia bila akhirnya kita seperti ini.
Sebetulnya masih ada banyak yang ingin saya utarakan, tapi tidak ada telinga anda mau mendengarkan. Tidak ada hati anda mau menerima. Dan tidak dapat ego anda dikalahkan. Akhirnya saya memilih mendiamkan anda yang sedang emosi. Menyampaikan ini di ruang terbuka yang siapapun dapat melihat JIKA mau, termasuk anda. Bila suatu saat anda membaca ini, saya harap saat itulah anda sedang ingin benar-benar tau tentang saya sehingga anda dapat mendengar lebih banyak, diam lebih lama dan berpikir lebih jernih.
Satu hal, jauh dari anda adalah tidak termasuk keinginan saya, tapi jika anda memilih pergi daripada disembuhkan oleh saya, silakan, meskipun saya tidak ingin. Memaksa untuk menyembuhkan anda hanya akan membuat anda semakin sakit.
Semoga anda bisa memahami ini dari sisi saya.
Maaf saya telah menyakiti.
Dan terima kasih pernah ada kemudian pergi.
Semoga berkenan kembali sebagai teman lagi.
(You can contact me if you want after read this, I'll wait.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar