Jumat, 20 November 2015

Petaka

"Maaf baru bales, baru megang hp"
"Pagi ini aku operasi, doain lancar ya. I love you, Rin"

Sontak Rina terkaget melihat isi pesan dari kekasihnya yang dikirimkan subuh dan jam 6 tadi. Muak, dia muak. Hanya karena ia sedang sibuk bukan berarti Jerry bisa membuat drama-drama yang gak penting kayak gitu kan? Operasi? Operasi apa? Tolong lah Jerry, jangan bikin pikiranku semakin kacau!

"Kamu dmn?!" balasnya.

Tak ada balasan dari Jerry.

"Gausah aneh-aneh deh, kamu dmn? Operasi apaansih?!"

Pun masih tak ada balasan.

Pikirannya kacau, hatinya tak tenang, ntah dia harus kemana dan bagaimana. Sementara hari ini ada mata kuliah yang tak bisa ditinggalkannya. Ia memutuskan untuk berangkat kuliah sambil menunggu balasan dari Jerry, kekasihnya yang sejak kemarin selepas Isya tidak membalas pesan.

Selama di kelas Rina tidak lepas pandangannya dari ponsel, menunggu balasan dari Jerry. Sambil menerka-nerka apa yang terjadi. Ia hanya berdoa dan berusaha berpikir bahwa segala hal yang baik terjadi. Ia mencoba mengkhibur diri, melihat kalender, tanggal 17. Dua hari lagi, tanggal jadi kita, apa dia mau memberi kejutan?

Pukul 10.30 pesan Jerry masuk,
"Maaf Rin, aku baru selesai. Aku rasa kita sampai di sini aja ya. Kamu harus bisa cari laki-laki yang lebih baik dari aku ya Rin:)"

Pikiran dan  hatinya semakin kacau, emosinya makin tak stabil.

"Apaan sih Jer! Kamu dimana? Jawab pertanyaan aku!"

Satu jam kemudian ia membalas.

"Aku di rumah sakit Rin. Baik-baik aja kok. Udah ya, aku susah bales pesan. Jaga diri ya!"

Yaampun kamu lucu sekali Jer. Aku di sini harus tenang-tenang aja saat tau orang yang aku sayang di rumah sakit? Abis operasi? Dan memintaku pergi?

Ia berusaha menghapus air matanya yang tak tertahankan. Merasa tak ada gunanya duduk di kelas mendengarkan dosen ngoceh panjang lebar sementara pikiran dan hatinya tidak di situ. Ia tidak tau harus kemana dan bagaimana, ia belum menemukan kepastian tempat Jerry berada, ia mencoba mengirim pesan ke Jerry berkali-kali namun tidak ada balasan.

Menjelang sore, ada satu pesan masuk ke hpnya.
"Ini Rina ya?"
Ia buru-buru membalas berharap seseorang ntah siapapun itu membawakan kabar baik tentang Jerry kepadanya.
"Iya, ini siapa?"
"Ini Lia, kakaknya Jerry. Kamu udah tau tentang Jerry?"
"Ooh, belum Kak:( Jerry gak mau jelasin apa-apa ke aku, malah aku disuruh ninggalin dia. Aku bingung sekarang mau kemana dan gimana Kak:("
"yaAllah kamu tenang dan maklumin Jerry ya..semalem dia kecelakaan, anggota badannya ada yang teramputasi. Itu yang bikin dia down, Rin"

Seketika Rina lemas dan tangisnya pecah dalam tunduknya. Ini seperti mimpi buruk. Ini seperti acara-acara televisi yang selalu diolok-oloknya. Tapi ini pula kenyataan yang dialaminya.

"Dia dimana Kak sekarang? Aku boleh ke sana kan?"
"Di RS Griya Puspa, lantai 2, nomor 212. Sejujurnya dia ngelarang aku ngasih tau kamu, dia malu dan takut Rin, tapi kamu dateng aja, aku tau dia sebetulnya butuh kamu."
"Kak Lia, terima kasih banyak ya infonya. Aku gak akan ninggalin dia, pasti."

Rina langsung bergegas pulang dari kampus. Ia memutuskan untuk pulang ke rumahnya terlebih dahulu. Selama di perjalanan air matanya tak terbendung, berkali-kali ia mengusap matanya yang basah, berkali-kali ia berusaha menenangkan tubuhnya yang bergetar ketika membayangkan kondisi Jerry.

Hancur dan sakit rasanya. Pun merasa bersalah.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Mbak lurus terus ke gedung belakang situ, nanti belok kanan, nanti sebelah kiri ada tangga, nah sampe di atas tinggal cari kamarnya."
"Oke, makasih Mas." Jawab Rina kepada petugas keamanan di sana.

Ia langsung bergegas menuju ke sana. Satu persatu kamar terlewati hingga ia sampai di kamar 212. Rasanya degdegan untuk masuk, takut sekali. Sebelum membuka pintu ia menarik napas dalam-dalam dan menenangkan dirinya, menyiapkan senyum terbaiknya meski ia tidak mampu tersenyum sekarang ini.

Ia masuk. Dan menyibakan tirai pembatas. Ternyata di dalam ada nenek dan omnya Jerry, mereka serentak menengok ke arah Rina, termasuk Jerry. Rina memberi senyum ke mereka semua, kemudian salam dan memperkenalkan diri. Jerry pun masih tersenyum. Rina hanya melihat kondisi Jerry yang lemas, jarinya diperban, tangannya diinfus. Tidak lama Ibu Jerry datang, Jerry pun memperkenalkan, "Rin, itu mamaku".
Rina pun bersalaman dan memperkenalkan diri. Ibu Jerry ramah, tidak seperti yang sering diceritakan Jerry sebagai sosok yang jutek, galak dan lain sebagainya.

Tidak berapa lama nenek dan Omnya Jerry pun berpamitan pulang, Ibu Jerry pun mengantarkan mereka ke parkiran. Tinggal lah Rina dan Jerry di ruangan itu. Rina menggenggam lengan Jerry dengan mata berkaca-kaca. Jerry tersenyum, "Kok kamu bisa ke sini Rin?", Rina tertunduk di atas tangannya dan menangis sejadi-jadinya.

"Loh, kamu kenapa Rin? Aku kan baik-baik aja.."

Rina hanya terdiam.

"Kamu jangan nangis dong, jelek ih. Tuh ingusan, jorok, udah udah jangan nangis dong" kata Jerry sambil mengangkat wajah Rina dan merapihkan rambutnya dengan pelan.

Rina tak sanggup berkata apa-apa. Dua jari Jerry dibalut perban, ternyata jarinya ada yang terputus, itu membuat pendarahan hebat sehingga Jerry tampak pucat dan lemas.

"Rin, kamu udah liat kondisi aku kan? Udah ya, cari yang lain, yang lebih sempurna dari aku."

Rina tersentak, "Jer, pegang omongan aku, aku gak akan ninggalin kamu dengan alasan apapun. Inget ya. Aku sayang kamu. Maafin aku ya Jer."

Jerry tersenyum, "..tapi jangan nangis ya?:)"

Ah, Jerrr, kamu kenapa sih selalu bisa bersikap manis semanis ini? Seharusnya aku di sini yang menguatkanmu.

Rina pun berkaca-kaca namun menghapus airmatanya. Ia mencoba mengalihkan pembicaraan dengan menanyakannya makan, menceritakan kegiatannya dan lain sebagainya, sampai akhirnya Ibu Jerry datang dan mereka mengobrol bersama.

Sudah pukul 22.00 ternyata Jerry sudah ketiduran. Rina pun telah mengetahui kronologi kejadian Jerry dan sudah mendengarkan apa-apa saja yang dokter katakan. Rina pun berpamitan untuk pulang, karena melihat Jerry tidur nyenyak rasanya ada ketenangan sendiri.

Saat Rina mau keluar Jerry terbangun, "Rin."
"Eh, iya, aku balik ya.."
"Kamu naik apa?"
"Bajaj, atau ojek, atau apalah gampang."
"Jangan di tempat gelap nunggunya ya, hati-hati, sampe rumah kabarin aku. Maaf ya aku gak bisa nganterin kamu.."

Ya Tuhaaan, kalo bisa aku peluk, rasanya aku pengen meluk sekenceng-kencengnya dan tidur di sini saat ini juga! 

"Jer, aku baik-baik aja..kamu istirahat, jangan mikirin aku dulu ya:)"
Jerry pun tersenyum, dan mengisyaratkan 'i love you' dari bibirnya. Rina pun membalas kemudian beranjak pergi.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Malam ini Rina tidak bisa tidur.
Ia melihat kembali pesan di malam saat kejadian itu.

Saat itu Rina sedang merasa penat, emosinya tak terkendali, kehabisan kesabaran menghadapi Jerry yang selalu meminta waktunya. Pesan-pesan singkat Jerry dibalas seadanya, bahkan beberapa tidak dibalas. Bukan karena Rina  tak mau membalas, namun karena memang ia tidak ada waktu membalasnya. Tidak jarang Rina salah paham dengan pernyataan Jerry, yang kemudian membuat mereka bertengkar. Dan malam itu, Rina memutuskan untuk sebentar menenangkan diri dengan mengacuhkan Jerry. Namun Jerry tetap memberinya kabar, mengingatkannya makan, menyemangatinya, bahkan menunggunya.

Malam itu Rina pergi bersama teman-temannya makan di restoran fastfood. Sudah lama rasanya ia tidak duduk, makan, mengobrol bersama teman-temannya. Mengabaikan sebentar persoalan di otaknya. Baru saja makanan itu sampai, tiba-tiba ada perasaan aneh di hatinya, perasaannya tidak tenang. Ia pun menyantap makanan tersebut meskipun sulit ditelan. Akhirnya, menyisakannya karena perasaannya semakin kacau.

Pukul 19.00 Jerry memberi pesan, "Rin, aku minta maaf kalo aku selalu nuntut kamu ini itu, gak ngerti kesibukan kamu, aku cuman kangen ngobrol dan jalan sama kamu. Kamu gapapa gak mau balas pesanku dulu. Kamu boleh pergi dulu sama temen-temenmu, tapi jangan pulang malam-malam Rin, bahaya. Kabarin aku ya Rin, kalo kamu butuh aku pasti dateng. Aku sayang kamu Rin, sayang banget. Aku tunggu kamu ya Rin:)"

Saat itu Rina hanya membaca pesannya tanpa membalas. Ia pun juga ingin bersama Jerry sepanjang waktu, duduk, ngobrol, jalan dan makan bersama, tapi Rina memiliki kesibukan yang sulit dipahami Jerry. Sebetulnya, Rina pun merasakan hal yang Jerry rasakan, hanya Rina tidak paham mengendalikannya. Dan ntah kenapa yang selalu ditunjukan Rina kepada Jerry hanya keacuhan, bukan menjelaskan apa yang dirasa dan dialaminya.

Hatinya semakin tak tenang, ia pun memutuskan untuk bergegas pulang meninggalkan teman-temannya yang masih menikmati makan malam.

Sesampai di rumah, pukul 19.40 Rina membalas pesan Jerry.
"Aku udah di rumah."
Ditunggu 15 menit namun tidak ada balasan.
"Kamu kemana sih?"
"Udah tidur?"
"Jer"
"Bales dendam nih? Yaudah lah terserah kamu. Aku capek Jer. Gak kamu doang kok yang kangen, yang mau ketemu, aku juga. Tapi aku punya kesibukan lain, kamu juga. Yaudah, nanti ada waktunya kita ketemu. Sabar dong Jer:( Aku capek."

Sudah satu setengah jam dari pesan yang dikirim Rina, namun tidak ada tanda bahwa sudah dibalas, atau apalagi dibalas.

Pukul 21.30 Rina pun mengirim pesan lagi,
"Terserah kamu lah kalo kamu mau marah. Aku capek. Aku tunggu kabar kamu ya. Selamat tidur. Aku sayang kamu."

Jumat, 13 November 2015

Kak Indah's Graduation!


WOHOO!
Alhamdulillah akhirnya Kak Indah wisuda juga:'D
Rasanya seneng dan bangga banget bisa ada di bagian hidup dia.

Gue kenal Kak Indah dari kelas satu SMK. Awalnya, waktu kelas 9, kan masih hitsnya Facebook, dia ngeadd gue. Terus temenan segala macem. Pas mau masuk SMK, gue masuk ke SMK 7, saat itu gue gak inget kalo dia di situ. Terus ada MOS kan, nah Kak Indah nih mentor kelas gue hahaha pas selesai MOS gue iseng ngesearch nama dia di Facebook dan ternyata udah temanan dari lama hahaha. Beberapa bulan kemudian, sekolah gue mau ngadain kegiatan lomba futsal antar sekolah, tiba-tiba dia sms gue ngajakin gue bergabung di kepanitiaan tersebut. Gue gak punya basic apa-apa, cuman punya modal 'pengen tau rasanya', yaudah gue gabung. Saat itu yang namanya anak baru dan gak tau apa-apa gimana sih? Gue manut bae, takut salah, jadi setiap rapat gue dateng, disuruh ngerjain ini itu gue kerjain, dan dalam organisasi kita harus terbuka dan transparan, mulai dari masalah organisasi itu sendiri sampe ke masalah pribadi (gak semua hal memang, tapi ini perlu). Dari situ gue tau masalah-masalah organisasi gue apa aja, dan gue tau senior-senior gue udah melakukan apa, gue pun tergerak untuk coba 'memberi' lebih ke organisasi tersebut. Lama-lama makin akrab dan deket dengan anggota kepanitiaan itu, termasuk Kak Indah.

Kak Indah orang yang usilnya kebangetan, gila. Sendal gue pernah digunting, perlatan gue apapun pernah kelempar, pokoknya kalo jalan sama Kak Indah gak ada yg jatoh, berisik, atau apa gue rasa dia lagi kesurupan setan diem. Udah gitu suka jorok juga usilnya kan bete. Tapi di samping itu, dia selalu mau denger cerita gue, ngasih saran, motivasi, dia juga sering ngajakin gue berpikir tentang hidup. Tiba-tiba bertanya apa lah yang bikin gue merenungkan kehidupan gue. Ntah kenapa kata-kata dia selalu bisa membuat gue berpikir "kok gue gak kepikiran ya?". Dia selalu menguatkan gue, selalu menuntun gue, yaampun sabar banget lah dia. Temen gue yang paling lama main sama gue ya Kak Indah dan Desy. Ini tahun ke-enam gue temenan sama mereka. Dan rasanya senang dan bangga hahaha. Huhu thank you Kak :')

Sedikit banyak gue tau tentang hidup dia, dari masa kecilnya yang agak-agak kecut dan pait, masalah keluarganya, masalah kuliahnya, dan masalah-masalah lainnya yang gak pernah dia anggap sebagai masalah hahaha tapi dia selalu melihatnya sebagai satu ujian baru. Dan gue bangga, gue melihat perjuangan dia hingga bisa sampe wisuda sekarang. Mulai dari pribadi, ekonomi, ibunya, masalah perasaannya, dilemanya dia, buanyak banget. Dan dia hebat bisa ngelewatin semuanya. Satu anak tangga lagi-lagi udah berhasil dia panjat.

Kak Indah dan Desy bukan orang yang selalu ada di hidup gue, all the time. Gue gak tiap hari ketemu mereka, gak tiap minggu jalan bareng sama mereka, gak tiap bulan pasti nginep di rumah mereka. Pertemanan kami gak seperti itu. Kami sibuk dengan dunia kami masing-masing. Desy dengan masalahnya, Kak Indah dengan masa depannya, dan gue dengan masalalunya (OSHIT:() Tapi kami selalu tau kapan harus ketemu, kumpul, dan kami gak pernah segan buat menceritakan masing-masing masalah kami yang harus diceritakan. Kami gak pernah takut merasa kehilangan satu sama lain. Setahun buat kumpul bisa diitung jari. Tapi setiap ketemu gak pernah kehabisan bahan obrolan, dan selalu dapet semangat baru.

Memang, beberapa orang menetap lama kemudian pergi, beberapanya lagi datang dan pergi namun tak lupa jalan kembali. Dan mereka yang ke-dua. :)

Alhamdulillah ini kali ke-dua gue liat Kak Indah wisuda, dengan IPK 3,45 :D
Semoga tiga tahun lagi aku jadi saksi pernikahannya ya Kak :D aamiin yra :')

Congratulation and happy graduation Kak Indah! Me love yooou! :*

Selasa, 10 November 2015

To B

Izinkan saya mengutarakan apa isi hati dan kepala saya mengenai anda, saya dan kita.

Saya meminta maaf karena telah menyakiti perasaan anda. Maaf jika ternyata saya tidak bisa menyayangi anda seperti anda menyayangi saya. Anda seorang yang baik, mampu menerima saya apa-adanya, kekurangan, bahkan hati saya yang patah. Anda selalu mengatakan saya hebat, saya kuat. Anda selalu memperlihatkan kelebihan yang saya miliki namun terpunggungi. Anda selalu ada kapan pun saya membutuhkan seseorang untuk tertawa hingga menangis. Anda membuat saya menjadi bangga terhadap diri sendiri. Anda membantu saya bangkit, anda menguatkan saya. Terima kasih. Banyak terima kasih untuk dua bulan waktu yang anda berikan kepada saya. Anda membuat saya bahagia. Meski ternyata sebentar.

Harus saya jujurkan, bahwa dengan sekedar diterima dan dimengerti tidak dapat merekatkan kembali hati saya yang patah. Anda paham betul bagaimana saya, anda tau betul betapa sakit hati dan (sok) kuatnya saya, anda tau betul betapa berantakannya saya, namun itu semua tidak membuat anda menjadi paham bagaimana cara menyayangi saya.

Ada beberapa sifat dan sikap anda yang sulit saya terima. Yang semakin lama saya semakin muak menahannya. Sebelumnya, saya pernah dibuat jatuh cinta dengan cintanya seseorang yang memiliki karakter cuek. Di situ saya percaya, bahwa cinta dapat mengubah kepribadian, sifat dan karakter seseorang TANPA diminta. Rasa sayangnya ia tunjukan lewat tindakan nyata. Namun itu tak terlihat pada anda. Anda mengatakan sayang lebih sering daripada saya. Dan lebih daripada menunjukannya. Apa saya harus 'meminta'nya, baru anda 'memberikan'nya? Ini membuat seolah saya terlihat jahat, menuntut anda harus membuat nyaman sesuai dengan yang saya inginkan. Dan ini tidak membuat saya nyaman. Padahal, yang saya tahu, dalam rasa sayang yang teramat besar ada ketulusan. Dan ketulusan adalah pemberian yang bahkan tidak ada dalam daftar permintaan dari penerimanya.

Emosi dan perkataan serta gengsi yang anda miliki sungguh besar, sehingga sulit saya terima. Ntah mengapa kita seperti tidak pernah bertemu. Mengertilah, tidak semua dumelan saya adalah marah. Ada kalanya dumelan saya hanya sebuah media mengeluarkan isi hati saya yang tidak karuan, dan yang dibutuhkan adalah telinga untuk mendengar dan seseorang yang menenangkan, bukan mulut yang melawan dan berkata kasar yang (ternyata) mampu anda utarakan ke orang yang katanya anda sayangi; saya. Ada juga saatnya saya meminta saran pada anda dan yang saya butuhkan adalah orang yang memberi saran dan menuntun, bukan sekedar membalas pesan dengan senyum kemudian mengatakan "anda sudah 20 tahun, tahu lah mana yang baik dan benar.". Jika kita menjalin hubungan lebih dari pertemanan namun yang saya dapatkan sama dengan berteman, untuk apa? Dan ada saatnya saya marah dengan semarah-marahnya, di situ lah saya meminta anda untuk diam. Dengarkan saya sebentar, ketika saya terkontrol katakan lah apa salah saya. Seperti yang saya contohkan kepada anda. Bukan menimpali emosi saya sehingga kita bertengkar hebat.

Di sini saya mulai meragukan, apa benar anda menyayangi saya? Tapi sebelum anda, ada seseorang yang mampu 'menghadapi' saya tanpa saya harus mengatakannya. Atau mungkin anda hanya sekedar kasihan melihat saya? Mendengar tentang hidup saya? Atau apa ini salah satu cara anda dalam menyayangi seseorang? Bila iya, sungguh, mungkin saya bukan orang yang tepat untuk disayangi dengan cara yang demikian.

Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, saya berusaha belajar menerima dan mengerti sifat dan sikap anda. Namun saya semakin tidak nyaman. Tidak, saya tidak langsung menyerah. Saya mencoba untuk mengkomunikasikannya ke anda. Anda mengerti. Namun mengulangi. Emosi yang meledak-ledak. Perkataan yang kasar. Serta gengsi yang menguasai. Sungguh, saya tidak bisa menghadapi anda yang seperti itu.

Pahamilah, menjadi saya tidak mudah. Saya harus memberikan hati saya seutuhnya untuk anda, sementara serpihannya masih ntah berada dimana. Saya berusaha memulai kembali, mempelajari segalanya lagi dari awal. Belajar menerima kekurangan anda, belajar memahami lingkungan anda, belajar menyayangi keluarga anda, dan belajar menyusun kembali tujuan saya. Di samping itu saya pun belajar menerima diri saya, memaafkan diri atas masa lalu saya, mengikhlaskan seseorang yang pernah (dan maaf bila masih) saya amat sayangi. Semua saya pelajari dan saya coba semenjak saya bertemu anda. Namun, saya gagal menyayangi anda. Anda gagal membuat saya jatuh cinta. Dan kita gagal sebagai sepasang kekasih.

Lantas, apa karena itu anda sebut saya "bangsat gak berhati'? Demi Tuhan, saya tidak memiliki maksud jahat kepada anda, saya tidak bermaksud menjatuhkan hati anda kepada saya. Saya tidak bermaksud membalaskan kesakithatian orang yang pernah anda sakiti. Demi Tuhan, semua kehendak Tuhan. Saya hanya menjalaninya saja. Kita melewati aliran yang Tuhan buat.

Anda mengatakan kesabaran namun memburu-burui saya melepaskan dia dari hati untuk kemudian menyayangi anda seperti saya menyayanginya, sementara sikap dan sifat anda tidak membuat saya semakin menyayangi anda. Lantas apa ini menjadi sepenuhnya kesalahan saya? Mari kita renungkan. Coba untuk sejenak mencerna perkataan saya. Saya pun tidak bahagia bila akhirnya kita seperti ini.

Sebetulnya masih ada banyak yang ingin saya utarakan, tapi tidak ada telinga anda mau mendengarkan. Tidak ada hati anda mau menerima. Dan tidak dapat ego anda dikalahkan. Akhirnya saya memilih mendiamkan anda yang sedang emosi. Menyampaikan ini di ruang terbuka yang siapapun dapat melihat JIKA mau, termasuk anda. Bila suatu saat anda membaca ini, saya harap saat itulah anda sedang ingin benar-benar tau tentang saya sehingga anda dapat mendengar lebih banyak, diam lebih lama dan berpikir lebih jernih.

Satu hal, jauh dari anda adalah tidak termasuk keinginan saya, tapi jika anda memilih pergi daripada disembuhkan oleh saya, silakan, meskipun saya tidak ingin. Memaksa untuk menyembuhkan anda hanya akan membuat anda semakin sakit.

Semoga anda bisa memahami ini dari sisi saya.
Maaf saya telah menyakiti.
Dan terima kasih pernah ada kemudian pergi.
Semoga berkenan kembali sebagai teman lagi.

(You can contact me if you want after read this, I'll wait.)

Jumat, 06 November 2015

No-love-vember

Halo November.
Wah, bentar lagi 2016.
Tapi aku masih sayang kamu.
Eaa hahaha gak deng.

Bingung mau cerita apa yaa? Yang jelas hari ini seharian di rumah\o/
Alhamdulillah UTS selesai. Sebenernya gak alhamdulillah-alhamdulillah banget sih, karena ini bukan akhir dari segalanya:''') maksudnyaa setelah ini akan ada tugas yang pasti dikumpulin pas UAS. HUFT!
Jadi mahasiswa itu melelahkan ya. Tapi kenapa dulu saya mau ya? Gak tau deh, saya juga bingung...

Btw, cerita apa nih? Hahaha
Ohya, cerita ini aja deh.
Jadi, gue punya temen cewek. Dia LDR sama pacarnya, kalo gak salah hampir tiga tahunan gitu. Cowoknya berlayar terus minta ditungguin, ya ditunggu lah sama cewek itu. Kangen, cemas, khawatir cuma bisa dirasain sendiri. Gak bisa komunikasian, gak bisa ketemuan, gak bisa tau keadaan, yaampun. Kebayangkan rasanya jauh dari orang yang disayang?
Akhirnya cowok itu balik ke sini. Lalu, sekitar sebulan kemudian (atau mungkin lebih ya..) mereka putus. Karena cowoknya menemukan perempuan lain hehehe..sedih gak sih?
Gak tau kenapa gue sedih dengernya. Karena gue tau gimana temen gue ini nungguinnya, gelisah, galau, kangen, dan kesel karena gak bisa apa-apa. Tapi saat laki-lakinya kembali, justru mereka malah dipisahkan Tuhan. :)
Andai laki-laki itu tau bahwa mungkin, selamatnya ia hingga bisa kembali ke sini adalah sedikit berkat doa perempuan yang sayang dengannya namun ditinggalkan.

Gue pikir, kisah temen gue ini akan berakhir bahagia. Karena lo tau apa? Cowok itu bilang mau pergi kerja, dan temen gue disuruh kuliah yang bener dan saat cowok itu balik, temen gue udah lulus, cowok itu mau nikahin dia. Gila, gue tersentuh, terharu, ada cowok yang segitu berjuangnya. Dan ada cewek sekuat temen gue jalanin LDR tanpa komunikasi dalam hitungan tahun.
Tapi lagi-lagi Tuhan ngingetin ke kita bahwa Dia-lah sutradara atas semua kisah di hidup kita. Mau kita segimana berkorbannya, bertahannya, sayangnya, cintanya, tapi kalo Tuhan hanya bercanda saat menyatukan yaa mau dikatakan apa:')

Tapi yang perlu diingat, keputusan Tuhan adalah yang terbaik.
Mana tau kita dipisahkan dengan orang yang kita sayang untuk sama-sama tau bahwa ia-lah yang terbaik, kemudian dipersatukan lagi saat kalian sudah benar-benar siap dan mantap?
Atau mungkin kita dipisahkan karena ternyata ada orang yang jauh lebih baik dan bisa menangkap hati kita yang jatuh?
Mungkin sekarang kita menyangkal dengan mengatakan "gue cuman mau dia." tapi saat yang berjodoh itu bertemu, Tuhan lah yang berkuasa atas hati.

Jadi yang bisa dilakukan ya berbaik sangka aja sama Allah dan lakukan yang terbaik untuk diri kita dan orang yang kita sayang :)
InsyaAllah bahagia yang didapat,
Aamiin.